Selasa, 19 Mei 2009

pasar terpanjang se jateng ada di Sukorejo

SUKOREJO-Ada pasar terpanjang di Jateng? Ada, di kota Kecamatan Sukorejo, dengan panjang mencapai sekitar 900 meter. Sebetulnya itu merupakan satu ruas jalan, yang membentang dari bundaran sampai ke terminal. Di tengah-tengah ruas jalan tersebut terdapatlah pasar yang sesungguhnya. Pasar tradisional itu cukup besar, bahkan jika dibandingkan dengan sarana serupa di Kendal.

Betapa pun besar pasar itu, masih tetap belum bisa mengimbangi jumlah pedagang yang begitu banyak. Sehingga mereka meluber ke luar pasar, sampai ke trotoar bahkan ke bau jalan, mulai dari bundaran sampai ke terminal. Karena itulah, barangkali, sepenggal jalan itu diberi nama Jalan Pasar.

Dengan begitu jalan tersebut disebut pasar terpanjang, karena segala macam kebutuhan bisa didapatkan di situ. Mulai keperluan dapur sampai kebutuhan untuk fesyen, dari penjual kertas sampai toko emas, banyak penjual buah ada pula pedagang berbagai jenis kuliner yang mengandung kuah.

Jika menyangkut kebutuhan perut, dalam bahasa kota besar jalan selebar 5-6 meter ini bisa disebut pujasera (pusat jajan serba ada). Ingin beli apa pun bisa one stop service di sini, tergantung selera dan kocek masing-masing.

Semrawut, itulah kesan yang tak bisa lepas dari keberadaan jalan tersebut. Karena bukan saja dilalui berbagai macam kendaraan, baik yang bermesin maupun yang mengandalkan tenaga manusia, baik yang beroda dua maupun yang beroda enam. Jalan tersebut juga menjadi tempat parkir bagi pengunjung maupun tempat bongkar muat bagi pedagang. Alhasil hanya bagian tengahlah yang berfungsi untuk lalu lintas manusia maupun kendaraan.

Sebetulnya berbagai macam pengaturan telah dilakukan, baik oleh Dinas Perhubungan maupun pemerintah kecamatan, untuk menertibkan situasi di jalan tersebut. Terakhir berkembang wacana untuk melokalisir pedagang kaki lima (PKL) di sepanjag jalan tersebut, ke suatu tempat di sekitar terminal.

Tetapi ternyata berbagai upaya itu masih kalah dengan tuntutan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang, yang diperburuk oleh ketidakdisiplinan warga. Malah menjelang pemilu ini, wacana pemindahan PKL itu dipolitisir oleh politisi yang ingin mempertahankan kekuasaannya di DPRD, dengan bersikap seolah-olah membela kepentingan PKL. Politisi yang kemaruk uang dan baru ingat rakyat saat menjelang pemilihan, mengatakan, pemindahan PKL itu belum perlu. Semrawut juga kan? di salin dari
- M Bachrun

Tidak ada komentar: