Rabu, 15 Juli 2009

lambang kabupaten kendal


Lambang Daerah Kabupaten Kendal berupa daun lambang yang berbentuk menyerupai priuk / kendil wesi, berisikan beberapa lukisan yang masing-masing mempunyai arti/makna

ISI DAN WARNA LAMBANG

Daun lambang tersebut diatas berisikan lukisan-lukisan berturut-turut dari bawah keatas sebagai berikut:

1. Nama daerah dengan tulisan KENDAL memakai huruf latin bentuk leterblok berwarna hitam.
2. Diatas nama daerah terbentang pita tetunggul yang pada kedua ujungnya melipat kemuka (membuka) berwarna lemah teles, didalamnya terdapat tulisan NGESTI WIDDHI memakai huruf latin bentuk leterblok berwarna hitam.
3. Diatas pita tetunggul membujur laut berwarna biru bergelombang 4 (empat) dan berarus (lima) dengan warna putih.
4. Diatas pita tetunggul membujur laut berwarna biru bergelombang 4 (empat) dan berarus (lima) dengan warna putih.
5. Diatas berdiri sebuah pohon beringin dengan warna hitam berdaun hijau yang diapit oleh 2 (dua) buah gunung berwarna biru.
6. Ditengah-tengah atas pita tetunggul berdiri sebuah bambu runcing yang mempunyai ruas 9 (sembilan) berwarna kuning menjulang keatas menuju kearah bintang.
7. Mulai dari lukisan-lukisan tersebut c, d, e dan f dilingkari oleh kubah atau menara masjid berwarna putih.
8. Diatas Kubah/Menara masjid memancar sebuah bintang bersudut 5 (lima) dengan warna kuning bersinar emas.
9. Mengapit Kubah/Menara masjid disebelah kiri terdapat setangkai padi berisi 17 (tujuh belas) butir berwarna kuning, sedang sebelah kanannya setangkai kapas berbunga 8 (delapan) dengan warna putih dan berdaun hijau.
10. Lukisan-lukisan tersebut a sampai dengan i diatas dilingkari dengan suatu pita berpelisir merah putih bersegi 5 (lima) dan pada sebelah bawahnya mempunyai ujung pangkal yang diikat hidup seolah-olah melukiskan angka 8 (delapan).
11. Didalam lingkungan pita tersebut sub j diatas, didasari dengan warna separoh kiri hijau dan separoh kanan kuning.

Yang kesemuanya itu merupakan dasar dan tujuan revolusi bangsa Indonesia, guna mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila yang diridhioi oleh Allah SWT.



ARTI / MAKNA LAMBANG

1. Periuk / Kendil wesi berwarna hitam melambangkan kebesaran seorang Ulama bernama Kyai Ageng Kendil wesi yang tersohor dalam sejarah daerah Kabupaten Kendal.
2. NGESTI WIDDHI adalah suatu fatwa mutiara yang melambangkan watak bertaqwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, yang tekun beribadah dan beramal.
3. Laut mengandung makna bahwa daerah Kabupaten Kendal berbatasan pantai / mangku laut, bergelombang 4 (empat) dan berarus 5 (lima) melambangkan kebesaran jiwa semangat '45 sebagai penegak kebenaran dan keadilan.
4. Perahu mengandung makna bahwa daerah Kabupaten Kendal mempunyai sumber kemakmuran dari hasil laut.
5. Pohon beringing melambangkan watak pengayoman.
6. Dua buah gunung mengandung makna bahwa Kabupaten Kendal mempunyai daerah pegunungan diantaranya perahu dan ungaran yang merupakan perbatasan, penghasil produksi terutama bahan pangan.
7. Bambu runcing yang mempunyai ruas 9 (sembilan) melambangkan perjuangan Wali Songo didalam kepahlawanan dan keperwiraannya menyebarkan ajaran agama Islam yang sampai sekarang masih dianut oleh rakyat dalam daerah Kabupaten Kendal.
8. Kubah / Menara masjid melambangkan teguhnya kepribadian rakyat daerah Kabupaten Kendal, bahwa didaerah ini yang banyak memiliki ajaran dan kebudayaan yang memberikan andil terbesar dalam hal perkembangan / pertumbuhan ajaran Islam, di jamannya Sunan Zaton, begitu pula perkembangan-perkembangan berikutnya dengan adanya pondok-pondok besar di Kaliwungu, Mangkang, Pegandon dan lain-lain tempat.
9. Bintang melambangkan keagungan dan kebesaran Allah Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi kepercayaan / keimanan seluruh rakyat.
10. Padi dan kapas melambangkan kemakmuran, sedangkan bilangan butir padi 17 (tujuh belas) dan bunga kapas 8 (delapan) mengandung makna tanggal 17 dan bulan 8 yang keramat bagi bangsa Indonesia di tahun 1945.
11. Pita berpelisir merah putih bersegi 5 (lima) melambangkan bahwa daerah Kabupaten Kendal adalah di dalam wadah kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila. Sedang ikatan hidup menyerupai angka 8 (delapan) yang memakai ujung pangkal, melambangkan perjuangan yang mengenal batas permulaan dan kesudahan.




MAKSUD WARNA

1. Warna yang dipakai di dalam lambang daerah Kabupaten Kendal mempunyai maksud:
2. Putih melambangkan kesucian dan kejujuran.
3. Merah melambangkan keberanian.
4. Kuning (kuning emas) melambangkan keluhuran / keanggunan / kemulyaan / kekayaan.
5. Lemah teles melambangkan kesuburan.
6. Hijau melambangkan kemakmuran.
7. Biru melambangkan kedamaian.
8. Hitam melambangkan keteguhan / keabadian.


Yang ke semuanya itu merupakan dasar dan tujuan revolusi bangsa Indonesia, guna mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila yang diridhoi oleh Allah SWT.copas>>www.kendalkab.co.id

Selasa, 30 Juni 2009

sejarah sukorejo kendal


sejarah sukorejo

SUKOREJO-Bangsa yang besar adalah yang bisa menghargai jasa-jasa para pahlawannya, kata pahlawan proklamator Bung Karno, presiden I Indonesia. Atas alasan itu pula maka pemerintah atau masyarakat banyak membangun tugu peringatan atau monumen perjuangan di berbagai tempat, baik yang berskala nasional maupun kedaerahan.

Di Kabupaten Kendal monumen perjuangan antara lain dibangun di bundaran Sukorejo, tepatnya depan bangunan eks kantor kawedanan, juga di Desa Manggungmangu (Plantungan), dan di Desa Gentinggunung (Sukorejo) yang dikenal sebagai Monumen Kuda Putih. Itu semua dibangun tentu bukan sekadar untuk penghias lingkungan.

Biasa dibangun di tempat atau lokasi yang bernilai sejarah, monumen adalah bangunan yang didirikan untuk mengenang dan mengingatkan kita pada masa lalu, sekaligus sebagai penghargaan atas perjuangan para kusuma bangsa. Hanya, sayangnya, monumen-monumen yang disebut di atas sekarang dalam kondisi kurang terpelihara.

Malah salah satu di antara ketiganya, bagian atasnya menjadi tempat nongkrong menghabiskan waktu bagi orang-orang yang tak bertanggungjawab. Itu bisa menjadi gambaran betapa rendah penghargaan kita, khususnya warga setempat, terhadap sejarah bangsanya. Cerita heroik para pendahulu pun mungkin sudah jarang lagi menjadi bahasa tutur.

Mungkin tak banyak generasi muda sekarang yang mengetahui, sampai tanggal 5 September 1947 hari Jumat Kliwon, Sukorejo pernah menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Kendal dalam pelarian, sebelum akhirnya dibombardir Belanda dan penduduknya diungsikan. Bangunan eks kantor kawedanan itu bisa menjadi saksi bisu bagi masa lalu daerahnya, tentang betapa heroiknya perjuangan para pemuda setempat dalam mempertahankan keberadaan pemerintahan sebelum akhirnya terpaksa berpindah ke Dusun Kenjuran, Desa Purwosari, di kaki Gunung Perahu.

Monumen perjuangan di bundaran itu adalah bentuk penghargaan dan penghormatan. Hanya, sayangnya, bentuk penghargaan itu sendiri kurang dihargai, bahkan oleh pemerintah sekarang. Keberadaannya tertutupi oleh baliho orang tertentu yang cuma pengin populer secara gratisan.

Heroik
Kota Sukorejo memang pada akhirnya dapat diduduki Belanda. Pasukan dan pemerintahannya kemudian bermarkas di gedung kawedanan dan sebagian di gereja.
Tetapi sebetulnya pasukan RI bersama para pejuang bukannya kalah, melainkan mengalah mundur ke Dusun Kenjuran Desa Purwosari, demi menghindari korban di kalangan penduduk sipil yang tak berdosa. Perjuangan untuk mempertahankan Sujorejo sebetulnya telah berlangsung sedemikian heroik.

Perjuangan itu bermula ketika Belanda membombardir kota itu menjelang peringatan kemerdekaan yang kedua. Gedung kawedanan menjadi terget utama, di samping markas pemuda di Desa Kebumen. Namun, serangan udara selama lima jam itu meleset dari sasaran utama.

Gagal menyerang dari udara, Belanda berusaha masuk Sukorejo melalui Bawang, perbatasan Kendal-Batang. Tetapi serangan itu dibatalkan, karena keduluan diadang oleh tentara RI dan para pejuang yang dikerahkan dari markas mereka di Dusun Sumber.
Entah apa arti penting Sukorejo, Belanda masih terus berusaha masuk lewat jalan lain, yaitu dari arah Weleri. Usaha ini pun tak membuahkan hasil.

Pada kesempatan lain, masih dari arah Weleri, Belanda mengambil rute lain, yaitu melalui jalur alternatif Besokor-Surokonto-Kebongembong-Pucakwangi-Pageruyung. Serangan ini pun berhasil dipatahkan oleh pasukan RI Yon 60 Salamun dibantu pasukan lain dari Kendal.

Belanda baru berhasil masuk Sukorejo setelah menempuh jalur lain lewat Sojomerto (Gemuh). Awalnya perkebunan Sukomangli Patean yang berhasil direbut. Bersamaan dengan serangan darat lewat jalur tersebut, Belanda juga menggempur markas Yon 60 Salamun di Pucakwangi dengan serangan udara.

Akhirnya, dengan pertimbangan strategis keamanan dan demi menghindari korban di kalangan penduduk sipil, pasukan RI dan para pejuang mengosongkan Sujorejo. Pemerintahan Kendal pun berpindah ke Kenjuran Purwosari, setelah dipertahankan dengan penuh heroisme